Wujudkan SDM Produktif Melalui Perpustakaan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Bandung, Jawa Barat – Masyarakat yang berbudaya baca serta tinggi tingkat literasinya sangat diperlukan dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang produktif, terampil serta kreatif.

Demikian disampaikan Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Ofy SOfiana saat membuka Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan dengan tema "Melalui Transformasi Perpustakaan dengan Ekosistem Digital, Kita Wujudkan Jabar Juara Lahir Batin", di Graha Pustaloka Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).

"Perlu digarisbawahi, bahwa inovasi pemikiran jauh lebih dahsyat daripada perang fisik. Tanpa bahan bacaan yang kuat, siapa pun tidak akan punya kekuatan berpikir," ungkap Ofy.

Potensi alam yang melimpah dan populasi masyarakat yang besar, lanjut Ofy, menjadi tantangan bagi perpustakaan untuk mewujudkan SDM yang unggul dan tinggi literasinya.

Maka, paradigma perpustakaan kini mengarahkan pada sumber daya dan upaya perpustakaan dengan proporsi 10 persen untuk manajemen koleksi, 20 persen untuk manajemen pengetahuan dan 70 persen untuk transfer pengetahuan.

"Kami menyebutnya ini sebagai perpustakaan menjangkau masyarakat, yang diaplikasikan melalui program transformasi berbasis inklusi sosial," lanjutnya.

Lebih lanjut, Ofy menjelaskan, perpustakaan berbasis inklusi sosial dirancang untuk memiliki manfaat tinggi di masyarakat yang mendorong kreativitas dan inovasi agar menjadi produktif bagi kesejahteraan masyarakat.

"Melalui perpustakaan, seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat marginal atau yang berekonomi lemah tertolong dalam mengakses ragam pengetahuan yang mereka perlukan," jelasnya.

Dalam sambutan tertulis Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang dibacakan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jabar, Hening Widiatmoko menyampaikan, Pemerintah Provinsi Jabar menyadari bahwa pembangunan literasi menjadi tulang punggung kualitas SDM di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu, pemerintah berupaya semaksimal mungkin dalam menyiapkan pelayanan terbaik yang dimiliki dan akses literasi yang luas untuk menjangkau masyarakat di Jabar.

Perlu diketahui, bahwa berdasarkan data di Perpusnas RI, tingkat kegemaran membaca di Jabar menduduki rangking ke-2 se Indonesia dengan nilai 65,34 predikat baik.

"Kami berharap ke depan minat baca masyarakat Jabar akan terus meningkat, tumbuh yang akan melahirkan generasi cerdas, kreatif dan produktif," harapnya.

Dalam sesi diskusi, Anggota Komisi X DPR RI, Sodik Mudjahid menyampaikan dukungannya dalam peningkatan indeks literasi masyarakat. Salah satunya, berusaha semaksimal mungkin dengan membuat undang-undang khusus pendidikan dna perpustakaan.

"Undang-undang ini dibuat agar semua komponen masyarakat dapat terlibat dan mendukung. Semua ini bagian dari upaya kita untuk mempercepat indeks literasi," ungkap Sodik.

Sodik juga menyoroti status pustakawan sebagai pengelola perpustakaan. Pihaknya telah menyempurnakan Undang-undang ASN untuk memberikan ruang lebih besar untuk pustakawan.

"Sehingga pustakawan dapat menjadi ASN atau tenaga PPPK. Kami pun mendorong pemerintah agar dapat memberikan anggaran untuk peningkatan kualitas pustakawan," lanjutnya.

Sementara itu, Dosen Universitas Padjajaran, Agus Rusmana mengatakan, dalam transformasi perpustakaan melalui ekosistem digital, pustakawan yang ada di dalam ekosistem tersebut juga harus dapat bertransformasi.

Pustakawan yang sebelumnya berkarya manual kini berkarya dalam digital, berkarya dengan inisiatif berdasarkan kepekaan.

"Pustakawan bertanggung jawab untuk masyarakat Indonesia lebih mandiri, sehingga pustakawan dalam ekosistem digital, perlu berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter," terang Agus.

Pegiat Literasi Komunitas Gada Membaca, Agus Munawar mengatakan, keberadaan Komunitas Gada Membaca ini cukup dapat menepis anggapan jika minat baca masyarakat Indonesia rendah.

Ini dibuktikan dari berbagai kegiatan literasi yang dilakukannya banyak diikuti oleh masyarakat dari berbagai kelompok usia.

"Kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Menurut saya, layak perpustakaan memiliki daya tawar tinggi, karena perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan," tegasnya.

 

Reportase: Wara Merdeka

Fotografer: Deny



Diunggah oleh admin

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN