Perpusnas Gelar Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Tahun 2022

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menggelar kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Tahun 2022 secara hybrid dengan pembagian 4 (empat) lokasi onsite yakni Jakarta, Batam, Surabaya, dan Makassar, pada Kamis (24/3/2022).

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai kebijakan dan konsep transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial sebagai upaya peningkatan literasi masyarakat, memberikan pemahaman mengenai tahapan dan jadwal implementasi program, dan membangun kesadaran serta komitmen para mitra untuk mengimplementasikan program.

Dalam sambutannya, Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengatakan program yang digagas oleh Perpusnas tersebut merupakan sebuah langkah konkrit yang sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Buku cetak dan digital sangat berperan penting karena tulisan yang dibaca mampu memonopoli kebenaran, hal itu menyebabkan invasi pemikiran lebih dahsyat 1.000 (seribu) kali daripada perang fisik. Tidak ada teori lain untuk menyerap ilmu pengetahuan dari buku tanpa membaca.

“Perpustakaan ke depan diharapkan mampu melayani masyarakat untuk menyajikan ilmu pengetahuan yang bisa merubah nasib mereka, dengan menyediakan buku terapan yang sesuai dengan potensi daerah masing-masing,” ucap Syarif Bando.

Sependapat dengan yang disampaikan, Team Leader Konsultan Pendamping Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial PT. Markplus Inc., Erlyn Sulistyaningsih, menyampaikan bahwa akses terhadap informasi berkualitas yang diberikan kepada masyarakat oleh perpustakaan bertujuan untuk menghalau kemiskinan informasi yang mungkin terjadi.

Adapun 3 (tiga) strategi yang perlu dilakukan untuk mendukung Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ini antara lain meningkatkan kualitas layanan informasi melalui buku, komputer, dan internet, memfasilitasi kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat, dan bekerjasama dengan pihak lain untuk mendapatkan dukungan.

“Ini adalah anugerah untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Sebagai pejuang literasi yang mempunyai keyakinan mari jadikan literasi sebagai gerakan sosial nasional, sehingga ke depan Indonesia bisa menjadi lebih baik,” ungkap Erlyn.

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) RI, Subandi Sardjoko, menyatakan rasa bangganya akan perpustakaan yang tidak hanya sekadar menjadi tempat untuk menyimpan buku namun juga memiliki banyak manfaat untuk sosial dan ekonomi di masyarakat.

Subandi menambahkan program tersebut telah membuktikan bahwa perpustakaan berperan aktif dalam menciptakan SDM unggul, profesional, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Akan tetapi untuk senantiasa mempertahankan kualitas program yang ada, perpustakaan tidak dapat bekerja sendiri sehingga harus melibatkan peran serta dari dinas-dinas lain di daerah.

“Dibutuhkan pengelola yang inovatif dan kreatif untuk mencari cara tentang bagaimana mentransfer, meningkatkan pengetahuan dan penerapannya sehingga fasilitas yang dihadirkan tidak hanya mengandalkan pemerintah melainkan juga dari pihak filantropi dan swasta,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpusnas, Joko Santoso, mengajak seluruh peserta sosialisasi untuk menjadikan perpustakaan sebagai bangku terakhir bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan upaya untuk mampu memberikan perubahan pengetahuan dan perilaku masyarakat melalui penguatan literasi individu, sehingga dapat memberikan peningkatan produktifitas dan kesejahteraan.

“Program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini harus menyasar target agar mampu mengentaskan pengangguran dan mengurangi kemiskinan yang ada di Indonesia,” pungkas Joko.

Kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial tahun 2022 ini diikuti oleh 34 Provinsi, 170 Kabupaten/Kota, dan 96 Perpustakaan Desa penerima manfaat. Adapun jumlah peserta luring sebanyak 440 peserta, yaitu 104 peserta di Jakarta, 88 peserta di Batam, 111 peserta di Surabaya, dan 137 peserta di Makassar.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN