Dukungan Perpustakaan untuk Kampus Merdeka

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta – Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) harus mampu mengubah cara pendidikan agar menghasilkan mahasiswa yang memiliki complex problem solving skills.

Hal ini adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata. Berdasarkan laporan The Future of Jobs Report, World Economic Forum, keahlian ini paling dibutuhkan pada 2020.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menyatakan terjadi pergeseran paradigma pendidikan pada abad 21. Keahlian yang dibutuhkan dari mahasiswa yakni complex problem solving, social skill (kemampuan koordinasi, persuasi, hingga emotional intelligence), process skill (kemampuan mendengar aktif, berpikir logis, dan monitoring), system skill (kemampuan untuk melakukan judgement dan keputusan), serta cognitive abilites.

Ditegaskan bahwa keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan. Dia mencontohkan, pendidikan tinggi di luar negeri mewajibkan mahasiswa untuk banyak membaca dan berdiskusi di kelas. Menurutnya, ini sangat baik karena tercipta ruang diskusi yang sangat aktif setelah membaca.

“Tentu saja ini semua mengarahkan kita untuk mencoba merumuskan implementasi dari Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar. Sehingga nanti kita jangan mendapat kritik, kampus merdeka dan merdeka belajar itu hanya di-backdrop saja, tapi cara pembelajaran di kelas itu tetap manual seperti di zaman dahulu,” ujarnya dalam webinar dengan tema E-Resources Perpustakaan Nasional Mendukung Kampus Merdeka yang diselenggarakan secara virtual, pada Senin (20/12/2021).

Pada kesempatan tersebut, Syarif Bando meminta para rektor perguruan tinggi untuk menyerahkan hasil penelitian disertasinya ke Perpusnas. Dengan begitu, karya-karya intelektual dari dunia akademis dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Koleksi digital merupakan salah satu upaya Perpusnas untuk mempercepat terwujudnya visi Presiden yakni sumber daya manusia Unggul. Koleksi perpustakaan yang sudah didigitalkan dapat diakses civitas academica, sehingga dengan begitu SDM yang berdaya, dapat terwujud.

“Mempercepat terwujudnya manusia unggul yaitu manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kemampuan kreativitas dan inovasi yang tinggi untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan meningkatkan income per kapita. jadi Pesan yang disampaikan jelas adalah alumni perguruan tinggi menciptakan lapangan kerja, bukan sebaliknya mencari lapangan kerja,” urainya.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi, Nizam, mengungkapkan pustakawan adalah ujung tombak gerakan literasi nasional. Gerakan tersebut diluncurkan sejak 10 tahun lalu. Namun menurutnya, masih dibutuhkan upaya untuk menggalakkan literasi, mengingat kondisi di Indonesia yang belum memuaskan.

“Literasi itu tetap. Kita sudah masuk era digital dalam era teknologi, tapi literasi itu dasar fundamental bagi kemajuan setiap bangsa. Kalau kita yang pernah ke Jepang atau pernah nonton film Jepang lah, itu kalau kita liat di kereta api itu semua orang selalu pegang buku. Dan ternyata itu kolerasinya sangat tinggi literasi suatu bangsa dengan kemajuan suatu bangsa,” ungkapnya.

Dia berharap para pustakawan mampu menarik minat anak-anak agar gemar membaca. menurutnya, ini adalah PR besar menjadikan perpustakaan atraktif bagi anak-anak untuk meluangkan waktunya membaca dan mencerna bacaan. Karena kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkreasi dan berinovasi itu lahirnya dari kegemaran membaca. Disebutkan sejumlah tokoh besar dunia, mempunyai kegemaran membaca yang tinggi.

“Elon Musk itu konon sehari itu membaca 10 jam. Demikian pula dengan Bill Gates itu konon, katanya, setiap hari minimal 2 jam luangkan waktunya itu untuk membaca,” tuturnya.

Ketua Forum Rektor, Panut Mulyono, menjelaskan pihaknya belum melibatkan pustakawan dalam program MBKM. Rektor Universitas Gadjah Mada tersebut menuturkan, pihaknya membentuk taskforce sesuai dengan Kemdikbudristek. “Taskforce yang di perguruan tinggi sebetulnya untuk meyakinkan agar segala informasi yang ada dari kementrian terkait program MBKM itu bisa tersosialisasikan dengan baik,” jelasnya.

Namun, dia menilai pustakawan dapat dilibatkan dengan menyediakan sumber bacaan dari beragam keilmuan yang dapat dimanfaatkan mahasiswa. Apalagi, program MBKM adalah proses belajar di luar dari program studi, baik di dalam universitasnya maupun di luar universitasnya.

Rektor Universitas Teknologi Sumbawa, Chairul Hudaya, mengatakan pustakawan masa kini bertransformasi, tidak sekadar duduk di kantor dan menjaga buku. Pustakawan berperan dalam menyampaikan konten konten yang ada di perpustakaan sehingga dapat diberikan kepada masyarakat.

Reporter: Hanna Meinita

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN