Mengulas Sejarah Kepustakawanan Indonesia di Perpusnas

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Ungkapan “Life begins at forty” atau hidup dimulai dari usia ke-40 membuat Perpustakaan Nasional (Perpusnas) merefleksikan diri tentang apa saja yang sudah terjadi selama 41 tahun berdiri. Sepenggal kutipan dari Marcus Garvey – “A people without the knowledge of their past history, origin dan culture is like a tree withour roots” mampu menjadi pengingat akan betapa pentingnya mengetahui dan mempelajari sejarah. Bahwa dari sejarah tersebut, sudut pandang kita akan menjadi lebih luas karena berusaha memahami bagaimana suatu peristiwa dapat terjadi, apa penyebabnya sehingga kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi setelahnya. Bagaimana pun semua yang tejadi di masa lalu akan mempengaruhi kehidupan kita di masa kini dan apa yang dilakukan di masa ini akan mampu mempengaruhi hidup kita di masa depan, seperti layaknya mata rantai yang saling tersambung satu dengan yang lainnya.

Masih dalam rangkaian perayaan hari jadi Perpusnas ke-41, Pusat Pembinaan Pustakawan Perpusnas menggelar talkshow bertema “Cerita Tak Terungkap di Kepustakawanan Indonesia” pada Selasa (18/5/2021) secara hybrid. Dalam sambutannya Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa yang dimaksud oleh kepustakawanan adalah ilmu pengetahuan dan praktek dalam penyelenggaraan perpustakaan. Kepustakawanan Indonesia telah berkembang dengan terus mengikuti perkembangan serta tuntutan zaman.

“Kehadiran perpustakaan di Indonesia dapat dikukuhkan dengan adanya payung hukum di bidang perpustakaan yakni Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007,” ucapnya.

Lebih lanjut, Syarif Bando mengatakan upaya yang dilakukan dalam mengukuhkan aturan tersebut pun tidak mudah. Menurut buku yang ditulis oleh salah satu narasumber yakni Blasius Sudarsono dengan judul “Antologi Kepustakawanan Indonesia” disebutkan bahwa upaya pembentukan Undang-Undang Perpustakaan telah dimulai sejak akhir dasa warsa 1980-an dan mengalami berbagai permasalahan serta tantangan dalam perumusannya. Namun, dengan adanya pertemuan yang intensif dengan Komisi X DPR RI pada akhirnya Rancangan Undang-Undang tersebut mampu dihasilkan.

“Cita-cita bangsa ini seperti yang tertuang pada pembukaan UUD 1945 dalam hal memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud diantaranya dengan kehadiran perpustakaan sebagai salah satu lembaga pendidikan,” ungkap Syarif Bando.

Sejatinya keberadaan Perpusnas tentu saja tidak bisa lepas dari kontribusi banyak tokoh yang mempelopori pembentukannya. Dunningham merupakan salah satu dari tokoh tersebut, dia mengusulkan pembentukan sistem nasional perpustakaan pada tahun 1953 yang berdasar pada hasil kajiannya ke perpustakaan di Indonesia. Selain itu, ada juga tokoh dalam negeri yang memiliki kontribusi besar yaitu Mastini Hardjoprakoso yang pada tahun 1971 membuat makalah berjudul “The need of National Library for Indonesia”. Dalam makalah itu dia memaparkan betapa pentingnya kehadiran Perpusnas di Indonesia.

Satu hal yang pasti, motor penggerak yang tidak boleh ditinggalkan dari penyelenggaraan suatu perpustakaan adalah profesi pustakawan. Syarat agar suatu profesi diakui yakni dengan adanya organisasi profesi. Organisasi profesi pustakawan bernama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) didirikan dalam Kongres Pustakawan Indonesia di Ciawi, Bogor pada tanggal 5-7 Juli 1973.

Selain Blasius Sudarsono, ada dua narasumber lainnya yang dihadirkan secara langsung di Ruang Teater Lt. 2, Gedung Layanan Perpusnas Medan Merdeka Selatan, yaitu Sri Sularsih dan Tisyo Haryono. Mereka secara tidak langsung dapat disebut sebagai saksi sekaligus pelaku dalam perjalanan kepustakawan Indonesia. Dengan demikian diharapkan para pustakawan, tenaga perpustakaan dan seluruh stakeholder di bidang perpustakaan dapat lebih memahami akar dari kepustakawanan di Indonesia sehingga mampu lebih baik dalam merumuskan visi kepustakawanan Indonesia ke depannya.

 

Reporter: Basma Sartika

Fotografer: Prakas Agrestian         

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Copyright 2022 © National Library Of Indonesia

Number of visitor: NaN