Perpustakaan Sebagai Pusat Belajar dan Berkegiatan Masyarakat Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Badung, Bali – PerpuSeru adalah program pengembangan perpustakaan yang didukung oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dan Bill & Melinda Gates Foundation, sejak November 2011, yang bertujuan untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar dan berkegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dengan tujuan dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. PerpuSeru melalui Lokakarya Nasional “Sinkronisasi Pengembangan Transformasi Perpustakaan Untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat” menyelenggarakan acara di The Anvaya Beach Resort Bali (10-11/4).

Lokakarya Nasional PerpuSeru turut menghadirkan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud, Chief Executive Coca Cola Foundation Indonesia Titi Sadarini dan Direktur Program CCFI Erlyn Sulistyaningsih, Direktur Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami, Deputi PMMK Bappenas Subandi Sarjoko. Peserta yang mengikuti sekitar 460an orang terdiri dari Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi/Kabupaten/Kota, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kabupaten serta Tim Sinergi Provinsi mitra program PerpuSeru.

Titi Sadarini menjelaskan tujuan lokakarya adalah mendorong perencanaan dan pendanaan yang selaras dalam mendukung kegiatan transformasi di tingkat kabupaten/kota dan desa, membangun pemahaman bersama dalam penyusunan rencana kegiatan yang mengakomodir kebutuhan masyarakat melalui program transformasi perpustakaan, dan  menyusun rencana perluasan (replikasi) transformasi perpustakaan ditingkat kabupaten/kota dan desa. Pada tahun 2019 program PerpuSeru akan direplikasi oleh Perpustakaan Nasional dengan rencana pengembangan pepustakaan di 104 kabupaten/kota di 18 provinsi seluruh Indonesia.

Saat ini program Perpuseru sudah memiliki 335 mitra Perpustakaan dan terus melakukan proses seleksi ke perpustakaan-perpustakaan daerah yang mau berkomitmen untuk merubah perpustakaan daerah nya menjadi pusat belajar masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dapat membantu masyarakatnya mendapatkan hidup yang lebih baik. “Kedapannya replikasi program dapat berjalan lancar, dan terjalin koordinasi antar pihak yang berkepentingan secara berkesinambungan, selama dua hari kedepan terjadi diskusi yang produktif dan konstruktif,” harap Titi Sadarini.

Muhammad Syarif Bando menerangkan budaya baca bangsa Indonesia tinggi namun masih terdapat kesenjangan antar wilayah. “Di kota-kota besar rasio antara jumlah buku dengan penduduk satu berbanding lima ribu artinya satu buku ditunggu lima ribu orang, bagaimana kalau daerah terpencil dan wilayah perbatasan, saya yakin kemungkinan satu buku ditunggu lima belas ribu orang,” terang Syarif.

Kaperpusnas menyatakan literasi bisa mengantar menuju kesejahteraan melalui formula perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran. “Bagaimana misalnya teman kita Sumiati di Karangasem yang tadinya tidak beruntung sehingga harus hidup sebagai pengemis, akhirnya bisa bangkit dengan suatu usaha kecil yang kita tahu bahwa usaha mikro itu tidak akan terpengaruh terhadap guncangan ekonomi,” Syarif mencontohkan keberhasilan dari program PerpuSeru.

 

 Reportase : Dewi Kartika dan Arwan Subakti

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN