Sekretaris Utama Perpusnas: Setiap Warga Negara Wajib Cerdas

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Garut, Jawa Barat - Membaca merupakan salah satu cara yang mampu diterapkan untuk menjadikan warga negara Indonesia cerdas.

Demikian disampaikan oleh Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Ofy Sofiana, dalam sambutannya pada kegiatan Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) Kabupaten Garut untuk Kesejahteraan dengan tema “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional” di Auditorium Kampus 4 Universitas Garut, Rabu (3/8/2022).

Menurut Ofy, dalam upaya untuk menarik minat masyarakat dalam membaca, pemerintah wajib memfasilitasi kehadiran perpustakaan. Namun, tidak hanya pemerintah melainkan seluruh lini lapisan masyarakat berperan sebagai jembatan pejuang gerakan gemar membaca di tanah air.

“Tugas mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab Bersama,” ucapnya.

Ofy menambahkan selain mencerdaskan, sejatinya membaca mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Sehingga, selain dapat diartikan bahwa literasi merupakan keberaksaraan kemampuan membaca dan menulis, literasi juga dapat menjadi pemecah masalah pada tingkat problematika tertentu.

Sependapat, Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah menekankan literasi dan kesejahteraan ialah dua hal yang saling berhubungan. Untuk itu, dibutuhkan literasi lengkap dalam membantu masyarakat menjalani kehidupan.

“Literasi lengkap itu membaca alam sekitarnya. Tidak hanya membaca dalam konteks bacaan saja,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ferdi mengatakan semua hal yang berhubungan dengan pembangunan harus berbasis budaya. Budaya tidak dapat diartikan sempit karena segala hal biasa yang dilakukan secara berkelanjutan akan terbiasa dan pada akhirnya berubah menjadi budaya.

“Budaya harus digali untuk bisa mengembangkan literasi,” jelas Ferdi.

Dosen Institut Pendidikan Indonesia, Asep Nurjamin memaparkan dewasa ini terdapat tiga situasi literasi dalam masyarakat yakni literat, aliterat, dan iliterat. Masyarakat literat adalah mereka yang memiliki kemampuan membaca dan menulis, sedangkan masyarakat aliterat adalah mereka yang buta huruf, dan masyarakat iliterat merupakan mereka yang sudah memiliki kemampuan baca dan tulis akan tetapi tidak berbudaya untuk membaca dan menulis.

“Adapun budaya literasi budaya literasi adalah situasi sosial dimana individu memiliki kemampuan berliterasi, lalu memanfaatkan kemampuan tersebut untuk meningkatkan kualitas diri dan kesejahteraan,” tambahnya.

Kepala Perpustakaan SMA Ciledug Al Musadadiyah Garut, Citra Diayu Kristanti, pada kesempatan yang sama menjelaskan kemajuan teknologi yang cukup pesat berdampak pada literasi digital, akan tetapi tetap ada tantangannya tersendiri.

“Ada plus minusnya, buku digital pasti lebih menarik tapi buku fisik lebih linear dan buku digital mengandung banyak iklan. Dengan demikian masyarakat akan lebih terdistraksi dalam menerima manfaat literasi itu sendiri,” terangnya.

Reporter: Ranny Kusumawardhani

Editor dan Fotografer: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN