Detail Majalah Online

    Serat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Tamansiswa): Sebuah Dokumentasi Pengobatan Tradisional

    Penelitian mengenai jamu atau pengobatan tradisional sedang naik daun di Indonesia karena semakin tumbuh kesadaran masyarakat tentang kekayaan lingkungan alam, keragaman flora yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kondisi tersebut mendorong berbagai pihak untuk membuka kembali berbagai data tentang pengobatan tradisional dan salah satunya terekam dalam naskah cetak yang beraksara Jawa yaitu "Serat Primbon Jampi Jawi" koleksi Perpustakaan Taman Siswa. Naskah yang dicetak pada tahun 19...

    Deskripsi Majalah Online
    JudulSerat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Tamansiswa): Sebuah Dokumentasi Pengobatan Tradisional
    MajalahJUMANTARA
    EdisiVol. 2 No. 2 - Oktober 2011
    Abstrak

    Penelitian mengenai jamu atau pengobatan tradisional sedang naik daun di Indonesia karena semakin tumbuh kesadaran masyarakat tentang kekayaan lingkungan alam, keragaman flora yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kondisi tersebut mendorong berbagai pihak untuk membuka kembali berbagai data tentang pengobatan tradisional dan salah satunya terekam dalam naskah cetak yang beraksara Jawa yaitu "Serat Primbon Jampi Jawi" koleksi Perpustakaan Taman Siswa. Naskah yang dicetak pada tahun 1933 mengungkapkan bahwa tujuan diterbitkan naskah ini adalah sebagai bentuk publikasi dari rekaman pemikiran para sesepuh yang dianggap bisa membantu menangani masalah kesehatan. Pengobatan yang terdapat dalam naskah ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu pengobatan untuk penyakit ringan, sedang hingga berat bahkan ketika membahas satu penyakit akan terdapat tingkatan-tingkatan penyakit tersebut berdasar penyebabnya.

    KeywordJamu; Pengobatan tradisional; Naskah; Taman Siswa
    PengarangArsanti Wulandari
    SubjekPrimbon
    Sumber
    Artikel Lengkap

    1. Pengantar
    Penelitian mengenai jamu atau pengobatan tradisional tampaknya sedang naik daun di Indonesia. Hal tersebut muncul karena semakin tumbuh kesadaran masyarakat tentang kekayaan lingkungan alam, kera-gaman flora yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Selain itu terlihat juga adanya kesadaran masyarakat yang semakin memahami bahwa sebenarnya banyak alternatif pengobatan yang kemungkinan justru “lebih aman” daripada pengobatan medis
    Kondisi-kondisi di atas tampaknya mendorong berbagai pihak untuk membuka kembali rekaman lama yang menyimpan data tentang pengobatan tradisional. Banyak sumber-sumber lama yang berupa naskah merekam data tentang pengobatan tradisional. Seperti diuraikan oleh Pudjiastuti (2010: 10), bahwa naskah Nusantara secara umum berisi sejarah, sastra, bahasa, obat-obatan, ramalan, ilmu tua, sehingga jelaslah bahwa kondisi masa lampau dapat tercermin dari naskah tersebut. Secara khusus rekaman mengenai pengobatan non medis atas secara tidak langsung menunjukkan  sebuah kondisi bahwa pada masa lalu pengobatan medik adalah sesuatu yang dianggap sangat “mahal” baik dalam pengertian sulit dijangkau baik karena tempat maupun segi biaya. Kondisi di atas tampak terekam dalam salah satu produk naskah cetak yang beraksara Jawa yaitu “Serat Primbon Jampi Jawi” (selanjutnya disebut SPJJ), sebuah naskah koleksi Perpustakaan Taman Siswa.
    Karena adanya proses perekaman atau pengumpulan data inilah maka teks SPJJ dianggap sebagai bentuk dokumen. Dokumen adalah rekaman data atau gambar yang berisi keterangan-keterangan (Tim Penyusun,  2002: 272).
    Pada naskah yang  dicetak tahun 1933 oleh Penerbit Tan Khoen Swie - Kediri diungkapkan bahwa  tujuan di-terbitkannya naskah ini adalah sebagai bentuk publikasi dari rekaman pemikiran para sesepuh yang dianggap bisa membantu menangani permasalahan kesehatan. Disebutkan juga bahwa jika masyarakat yang dekat dengan dokter mungkin bisa menggunakan jasa baik dokter tetapi jika jauh dari dokter maka diharapkan informasi dari teks ini dapat membantu permasalahan kesehatan tersebut, meski hanya sebatas “pertolongan pertama”. Pernyataan tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa naskah tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk kehidupan masyarakat waktu itu, dan tidak ada salahnya jika kita yang hidup pada masa sekarang pun meng-gunakannya sebagai salah satu alternatif pengobatan.
    Secara umum teks SPJJ ini juga mengemukakan tentang berbagai jenis penyakit dengan cara pengobatannya. Adapun yang sedikit berbeda dari teks SPJJ dibandingkan dengan teks-teks lain yang membahas tentang pengobatan tradisional berbagai macam penya-kit adalah adanya keterangan mengenai berbagai macam fungsi bumbu dapur untuk pengobatan dengan karakter-nya masing-masing. Selengkapnya isi teks SPJJ adalah seperti terlihat dalam tabel berikut.

    Tabel di atas menunjukkan kekayaan isi teks SPJJ. Dengan demikian dimungkinkan karena kompleksitas isi teks itulah maka teks tersebut dikategorikan sebagai seri primbon. Teks primbon biasanya berisi ramalan (perhitungan hari baik dan buruk), himpunan dari ber-bagai pengetahuan kejawaan, ataupun sistem perhitu-ngan Jawa yang rumit (Tim, 2002: 396). Pengetahuan tentang aneka obat tradisional dan berbagai catatan tentang fungsi bumbu dapur itulah yang menyebabkan teks digolongkan teks primbon.
    Adapun hal-hal yang terdokumentasi dalam teks SPJJ akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

    2. Pengobatan Berbagai Jenis Penyakit
    Pengobatan yang terdapat dalam teks SPJJ terbagi dalam 3 jenis, yaitu pengobatan untuk penyakit ringan, sedang hingga berat. Bahkan ketika membahas satu penyakit juga akan terdapat tingkatan-tingkatan penyakit tersebut berdasar penyebabnya.
    Beberapa penyakit yang dimunculkan dengan berbagai perbedaan penyebabnya misalnya sebagai berikut.

    2.1 Pusing
    Pada teks ini disebutkan dalam Bab I  Jampi Sakit Ngelu yang kemudian diuraikan sebagai berikut.
    a. Pusing yang wajar (sakit ngelu limrah)
    b. Pusing karena angin (sakit ngelu asal saking angin)
    c. Pusing karena encok (sakit ngelu asal saking encok/selakarang)
    d. Pusing disertai panas (sakit ngelu mawi benter)
    e. Pusing karena encok dengan kondisi sering kumat dan sering antop (sakit ngelu asal saking encok/selakarang sarta asring-asring kimat, asring glegeken tuwin antop)
    f. Pusing karena terkena penyakit lain-dalam hal ini sakit perut atau juga ayan yang teramat sangat (sakit ngelu kemanden/sekalor ingkang ngantos sanget)
    g. Pusing hingga berkunang-kunang (sakit ngelu ingkang kraos minger panonipun)
    h. Pusing hingga terasa pingsan ( sakit ngelu ingkang kedah sumaput panonipun )
    i. Pusing yang mengakibatkan tidak mau makan karena mulutnya terasa pait (sakit ngelu ingkang boten doyan nedha, dene cangkemipun kraos pait)
    j. Pusing disertai pilek serta mata yang kabur (sakit ngelu ingkang mawi pileg sarta talinganipun pating grebeg)

    Pada masing-masing sakit pusing yang disebabkan hal yang berbeda tersebut selanjutnya diuraikan satu persatu obat atau jamu yang harus diminum.
    Selanjutnya  akan diberikan beberapa contoh jamu obat pusing.
    a. Pusing yang wajar (sakit ngelu limrah)
    Pada pusing yang demikian diuraikan dalam teks SPJJ (Utami, 2010: 26) sebagai berikut.
    Sakit ngelu limrah :
    1. jae, manis jangan, kemukus sami kapipis  lembat kapilisaken ing bathuk
    2. pala, cabe, kunir, kapipis kapilisaken ing bathuk
    3. temupethak, dringo, kunir, apu, kapipis lajeng kepilisaken ing bathuk
    4. jae, brambang, sunthi,kapipis lajeng kepilisaken ing bathuk
    5. bonggol sere, dhedhes, kapipis kapilisaken ing bathuk
    6. ron galing satekem, kunir tigang ris, jinten emeng sajumput, kapipis lembat kapilisaken ing bathuk

    Terjemahan :
    Pusing yang Wajar
    1. Jahe, kayu manis, kemukus dihaluskan hingga lembut dipiliskan  di dahi 
    2. Pala, cabe, kunyit, dihaluskan dipiliskan di dahi
    3. Temu putih , dlingo, kunyit, kapur sirih, dihaluskan dipiliskan di dahi
    4. Jahe, bawang merah, sunthi,  kemudian dihaluskan dipiliskan di dahi
    5. Bonggol  serai, dhedhes, dihaluskan dipiliskan di dahi
    6. Daun galing segenggam, kunyit tiga iris, jinten hitam sejumput, dihaluskan dipiliskan di dahi
    Uraian di atas menunjukkan beberapa alternatif pengobatan untuk sakit kepala /pusing yang wajar dengan menggunakan  ramuan jejamuan yang dipiliskan.

    b. Pusing karena angin (sakit ngelu asal saking angin)
    Pusing yang disebabkan karena angin dalam SPJJ cukup mudah pengobatannya yaitu dengan jeruk nipis. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
    “Sakit ngelu saking angin : jeram pecel satunggal kairis sampun ngantos katut isinipun punika lajeng katempelaken ing pilingan kiwa tengen. Anggenipun nemplekaken radi kapetelaken sawatawis, manawi sampun kanthil kainggatan”

    Terjemahan:
    Sakit kepala (yang ) disebabkan angin,(obatnya): jeruk nipis satu diiris, jangan sampai hilang bijinya, lalu ditempelkan di pelipis kiri-kanan. Cara menempelkannya dengan sedikit ditekan sementara waktu , jika sudah hampir lepas (maka) dibuang.

    Dengan demikian pusing yang disebabkan karen angin dapat diobati dengan menempelkan jeruk nipis yang telah dibelah (jangan sampai bijinya lepas) dan ditempelkan (seperti menempelkan koyo) di pelipis.

    c. Pusing karena encok dengan kondisi sering kambuh dan sering antop (sakit ngelu asal saking encok/selakarang sarta asring-asring kimat, asring glegeken tuwin antop)
    Pada pusing yang disebabkan karena encok dan sering antop diuraikan di teks SPJJ  (Utami, 2010: 27) se-bagai berikut:
    sakit ngelu asal saking encok/selakarang sarta asring-asring kimat, asring glegeken tuwin antop):inggu, bawang tigang siyung, kapipis mawi kaemoran maben,: kaombekaken. Sasampunipun let watawis gangsal menit, lajeng kaombenan wedang jarang kaemoran mungsi.

    Terjemahan:
    Pusing karena encok dengan kondisi sering kumat dan sering antop: (Jamunya): inggu, bawang putih 3 siung, dihaluskan (dengan) dicampuri madu (kemudian) diminumkan. Selang beberapa lama kurang lebih lima menit, selanjutnya diminumi  air panas yang dicampuri mungsi.

    Pusing karena encok serta sering antop dapat terobati dengan meminum jamu ramuan inggu dan bawang yang dicampuri madu . Ramuan yang demikian tampaknya sangat membantu kita karena bahan yang mudah didapat serta sangat terjangkau.
    Dengan demikian pengobatan untuk pusing pun bermacam-macam ada yang berupa jamu yang diminum ataupun ada juga yang jenisnya dipiliskan .

    2.2 Gigi
    Keterangan tentang sakit gigi juga hampir sama dengan sakit ngelu ‘pusing’ yang diuraikan pula dalam teks dengan berbagai karakter penyebab keterangan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan teks SPJJ  berikut (Utami, 2010: 35-36).
    Bab V. Jampi Sakit Waja
    1. Waja katedha ing uler ‘gigi dimakan ulat /lubang (?)’
    2. Waja  krowok katedha ing uler, sarta asring medal erahipun ‘gigi lubang dimakan ulat , serta sering berdarah ‘
    3. Waja kraos kemeng, gusinipun abuh ‘ gigi terasa ngilu (dan) gusi bengkak’
    4. Waja kraos gatel ‘gigi terasa gatal’
    5. Waja moglak-maglik, gusinipun krowok katedha ing uler ‘gigi goyang dengan gusi berlubang dimakan ulat’

    Seperti halnya sakit pusing, sakit gigi ini juga langsung disertai keterangan tentang obat atau jamu untuk masing–masing sakit gigi disertai cara mengobatinya sesuai dengan penyebabnya.
    Seperti dalam uraian SPJJ (Utami, 2010:35) berikut. 
    1. Waja katedha ing uler ? ron rembega (=widuri) kapipis lembat kapopokna ing waja
    2. Waja  krowok katedha ing uler, sarta asring medal erahipun ? 1. Woh regula ,2. ron widuri, kapipis kaemoran 3. Cokak jawi, kapopokken ing waja
    3. Waja kraos kemeng, gusinipun abuh. ? ron legundhi kapipis, kaemoran cokak jawi, kapopokaken ing waja
    4. Waja kraos gatel ?1. Prusi utawi trusi kabakar, 2. Mriyos satunggal, 3. Bawang, 4. Inggu, kapipis kaemoran 5. Toya jambe ingkang taksih enem, lisah wangi, kagosok-gosokaken ing waja
    5. Waja moglak-maglik, gusinipun krowok katedha ing uler ? 1.kerikan kukunipun piyambak, 2. Rambutipun piyambak kobong , awunipun kagerus sarta kaemoran :3. sarem sawuku, kapopokaken ing waja.
    Terjemahan:
    1. Gigi yang dimakan ulat  ? daun rembega/widuri dihaluskan hingga halus ditempelkan di gigi
    2. Gigi berlubang dimakan ulat serta sering berdarah?buah regula, daun widuri, dihaluskan dicampur (dengan) cuka jawa ditempelkan di gigi (yang sakit)
    3. Gigi terasa linu, gus bengkak ? daun legundi dihaluskan dicampur cuka jawa ditempelkan di gigi (yang sakit)
    4. Gigi terasa gatal ?;kotoran tembaga yang dibakar, mrica 1, bawanng, inggu dihaluskan  dicampur air jambe muda, minyak wangi  digosokkan di gigi
    5. Gigi yang goyah, gusi berlubang dimakan ulat __. Potongan kuku, rambut sendiri dibakar, abunya dihaluskan dicampur garam sawuku ditempelkan di gigi.

    Pengobatan untuk gigi menurut SPJJ dapt dibagi dua yaitu yang ditempelkan di gig yangsakit dan yang hanya digosok-gosokkan saja. 

    2.3 Watuk
    Seperti dua penyakit yang lain , penyakit watuk ‘batuk’  dalam teks ini juga menyebutkan berbagai jenis batuk disertai  pengobatannya. Hal tersebut terlihat dari kutipan teks SPJJ  berikut (Utami, 2010: 36-37).
    Bab VI. Jampi Sakit Watuk
    1. Watuk limrah. “batuk (yang) wajar
    2. Watuk ngedalaken erah ‘batuk (yang) mengeluarkan darah
    3. Watuk mawi benter “ Batuk (yang) disertai panas
    4. Watuk mawi asrep’Batuk( yang ) disertai dingin’
    5. Watuk ingkang esek utawi serak ‘Batuk yang serak’
    6. Watuk ingkang boten saged ngedalaken riyak ‘Batuk yang tidak dapat mengeluarkan dahak) ‘
    7. Watuk cekeh (=tansah watuk) ‘Batuk yang terus menerus’

    Pada masing-masing batukpun kemudian akan diuraikan mengenai obat-obat tradisional yang akan diminum.
    Adapun contoh pengobatan batuk adalah sebagai berikut.
    1. Watuk ingkang esek utawi serak  
    : ron sinom (=ron asem enem), jinten cemeng, kencur, mesoyi, kajeng legi, brambang, cikalan, sami kapipis lebat lajeng kawungkus kakukusaken bethak, manawi sampun mateng kaperes , kaombekaken (Utami, 2010: 36)

    Terjemahan: 
    Batuk yang serak
    : daun sinom (asam muda), jinten hitam, kencur, mesoyi, kayu manis, bawang merah, cikalan, (semua) dihaluskan kemudian dibungkus , direbus dengan bethak , jika sudah matang diperas, (dan) airnya diminumkan

    2. Watuk mawi asrep
    : teh, cengkeh sajodho kamamah lajeng kaulu pisan
    (Utami, 2010:36)

    Terjemahan:
    Batuk yang disertai dingin
    : teh, cengkeh sepasang dikunyah dan ditelan.
    Pada batuk jenis ini tampaknya cengkeh dan teh dikunyah seperti halnya pemen, sehingga cukup mudah dijangkau

    3. Watuk ingkang boten saged ngedalaken riyak :
    Oyod ron daros cemeng, sunthi, kapipis kaemoran toya jeram pecel kaombekaken (Utami, 2010: 37)
     
    Terjemahan:
    Akar daun daros hitam, sunthi dihaluskan dicampur dengan air jeruk nipis (dan) diminumkan’

    Beberapa macam batukpun mempunyai cara pengobatan yang berbeda-beda, ada yang dikunyah adapula yang diminumkan. Bahan ataupun ramuannyapun beragam menunjukkan perhitungan kadar kandungan bahan yang dipakai juga bergantung pada jeni batuknya.
     
    3. Cara Pengobatan
    Selain penyakit yang disebutkan sesuai penyebab dan juga pengobatannya, pada teks ini juga menyebutkan mengenai berbagai macam pengobatan yang disebutkan berdasar cara pengobatan yang harus dilakukannya.
    Adapun beberapa jenis pengobatan berdasarkan cara pemakaiannya yang diuraikan secara eksplisit menjadi sub bab tersediri adalah:

    3.1 Tapel
    Bentuk pengobatan yang lain yang secara eksplisit juga disebutkan dalam teks adalah tapel.Tapel adalah salah satu bentuk jamu/obat yang pemakaiannya dengan cara diusap-usapkan di perut (Poerwadarminta, 1939:593). Tapel ini biasanya berbentuk kasar sehingga ramuan akan menempel di perut.
    Adapun beberapa contoh tapel yang disebutkan dalam teks SPJJ adalah sebagai berikut.

    BAB XIX Tapel Warni-Warni
    1. Lare ambedhedheg padharanipun
    2. Lare sebah padharanipun
    3. Lare seneb padharanipun
    4. Lare mules padharanipun
    5. Lare murus
    6. Lare wawratan erah mateng
    7. Lare wawratan erah umbel
    8. Lare cacingen
    9. Tiyang sepuh seneb padharanipun
    10. Tiyang sepuh kraos sakit sangandhaping puser
    11. Tiyang sepuh boten saged wawratan ngentut utawi nguyuh
    12. Tiyang sepuh padharanipun kraos pating plilit
    13. Tiyang sepuh padharanipun kraos perih utawi mawi ambededheg
    14. Tiyang sepuh wawratan erah mateng
    15. Tiyang sepuh benter tis
    16. Tiyang sepuh benter tis ingkang sampun lami

    Pada masing-masing kasus penyakit akan dijelaskan ramuannya dan kesemuanya diberikan dengan ditapelkan atau diusarkan di perut.
    Salah satu contoh misalnya tapel untuk:
    1. Tiyang sepuh seneb padharanipun
    ; cangkok tigan ayam ingkang sampun netes, jae, kapipis kaemoran lisah sulung, kaangge napeli padharan.
    Terjemahan:
    (Tapel  untuk ) orang tua yang terasa sesak perutnya: kulit ayam yang sudah menetas, jahe, dihaluskan dicampur (dengan) minyak sulung dipakai untuk diusapkan di perut

    2. Lare cacingen
    : dringo, bengle, bawang sasiyung,lampes, ron smbukan, jinten pethak, kajeng angin, kapipis lembat kaangge napeli padharan enjing sonten
    Terjemahan:
    (tapel untuk) anak cacingan: dringo, bengle,  bawang putih satu siung, jinten putih, kayu angin, dihaluskan dipakai untuk tapel/diusapkan di perut pagi dan sore.
     
    3.2 Boreh :
    Sedikit berbeda dengan tapel, maka boreh adalah ramuan jejamuan yang telah dicairkan untuk kemudian dibedakkan di seluruh tubuh. Adapun  dalam teks SPJJ juga dinyatakan mengenai salah satu cara pengobatan ini  dalam berbagai penyakit, misalnya:
    BAB XX Boreh Warni-warni
    1. Lare sawanen
    2. Lare sawanen sadhengah sawan
    3. Lare sakit rumab, mangkat cacingipun
    4. Tiyang sakit benter tis
    5. lsp
    (Utami, 2010:46-47)
     
    Adapun contoh boreh antara lain:
    1. Lare sawanen sadhengah sawan: ron wungu, santen kapipis kanngge amborehi badan sakojur

    Terjemahan:
    Anak yang terkena sawan disembarang tempat: daun wungu, santan, dihaluskan dibalurkan diseluruh tubuh
      
    2. Tiyang sakit enter tis
    Brambang, bawang, lempuyang, sami apipis lembat kaemoran werak taun (=cokak jawi ingkang sampun lami sanget) kaangge amborehi badanipun lajeng dipun kemuli ingkang rapet.

    Terjemahan:
    ‘Orang yang sakit panas dingin: bawang merah, bawang putih, lempuyang dihaluskan hingga lembut, dicampur dengan cuka jawa yang sudah lama dipakai untuk membalur seluruh tubuh kemudian diselimuti yang rapat.

    3.3 Cekok
    Jampi cekok adalah jamu yang diminumkan dengan menggunakan kain yang diperaskan di atas mulut (diminumkan secara”paksa”, yang biasanya untuk anak kecil)(Tim Penyusun, 2002:201). Cara minum jamu yang demikian ini biasanya dilakukan karena anak tidak mau minum jamu yang berfungsi untuk kesehatan ataupun upaya penyembuhan, sehingga diminumkan secara paksa oleh orang tuanya dibantu orang yang memeras jamu. Adapun macam-macam jampi cekok dalam teks SPJJ misalnya sebagai berikut.
    BAB XXI Jampi Cekok Warni-Warni
    1. Lare sakit murus
    2. Lare sakit benter badanipun sakojur
    3. Lare sakit benter nglebet
    4. Lare sakit kenging sawan
    5. Lsp
    (Utami, 2010;49-50)
          
    Adapun contoh jamu cekok adalah sebagai berikut.
    1. lare sakit benter nglebet :ron meniran tigang punggel, adas, pulasari, kerikan secang, kerikan widara pethak, kajeng tai, ron brambang atekem, kapipis kacekokaken
    Terjemahan:
    Anak yang sakit panas dalam : daun meniran tiga helai, adas, pulasari, kerikan secang ,  kerikan widara putih , kayu tai, daun bawng merah segenggam dihaluskan kemudian dicekokkan
    2. Lare sakit kenging sawan; dringo bengle, kunir, jinten cemeng, mesoyi, kemukus, brambang kapipis kacekokaken.
    Terjemahan:
    Anak yang sakit (terkena )sawan, : dringo, bengle kunyit, jinten hitam, mesoyi, kemukus, bawang merah dihaluskan dan dicekokkan.

    3.4 Sembur
    Pada jamu jenis sembur ini sudah jelas bahwa cara memakainya adalah disemburkan, meskipun secara logika kadang tidak dapat diterima. Namun demikian pada kenyataannya jampi sembur menjadi salah satu alternatif pengobatan masa itu yang diyakini manfaatnya. Beberapa contoh fungsi jampi sembur dalam teks SPJJ  adalah sebagai berikut.
    BAB XXII Jampi Sembur Warni-Warni
    1. Lare sakit sawanen  ‘Anak yang terkena sawan’
    2. Lare sakit watuk ‘Anak sakit batuk’
    3. Lare asring nangis ing wanci  dalu  ‘Anak yang sering menangis diwaktu malam’
    4. Tiyang sakit ing dhadha raosipun sesek ‘Orang yang sakit di(bagian) dada (dan ) terasa sesak’
    5. lsp
    (Utami, 2010: 53-55)

    Jika dilogika atau dinalar tampaknya jamu dengan disemburkan agak sulit terterima. Namun demikian cara pengobatan yang demikian dimungkinkan didukung oleh faktor lain yaitu dari pelaku penyemburan. Tanpa adanya”kekuatan” si penyembur tampaknya jamu yang ada hanya akan “lewat’ tanpa memiliki daya apapun. Kekuatan yang bisa dilakukan penyembur bisa berupa kekuatan magis yang berupa mantra ataupun pengolahan nafas yang sangat diperukan untuk pengobatan jenis ini.
    Adapun contohnya adalah sebagai berikut,
    1. Lare sakit watuk : sekar blimbing wuluh, jinten, mesoyi, kencur, kabenem, kamamah kasemburaken padharanipun. 
    Terjemahan :
    Anak yang sakit batuk : bunga belimbing wuluh, jinten, mesoyi, kencur, dikunyah dan disemburkan di perut (anak yang sakit).

    4. Fungsi Bumbu Dapur
    Beberapa tanaman yang merupakan bumbu dapur ternyata mempunyai kekhasan atau karakter yang dapat digunakan sebagai obat atau jamu penyembuh atau peringan penyakit. Kali ini akan diuraikan beberapa contoh bumbu dapur yang sangat familier atau sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh tersebut antara lain:
    4.1 Jinten hitam
    Salah satu bumbu dapur yang sekarang sedang “naik daun” sebagai salah satu alternatif “obat” adalah jinten hitam. Kenyataannya teks SPJJ pun  sudah menyebutkan hal tersebut dengan mengungkapkan karakter jinten hitam. Dikatakan dalam teks bahwa jinten hitam mempunyai sifat panas tetapi terasa dingin terlebih dulu sementara waktu, dan dapat digunakan untuk beberapa pengobatan. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut.
    Bab XXVII Ginanipun Jinten Cemeng 
    Jinten cemeng menika angsaripun panas, nanging kanthi asrep sawatawis
    1. Manawi kapipis kaemoran maben, kaombe ing wanci enjing saged anglunturaken riyak tuwin sakathah rereged saklebeting padharan, saged ngedalaken angin ingkang awon, tuwin saged nyarasaken sakit geger pegel utawi ras-rasan linu.
    2. Manawi kapipis kaemoran ; 1. Maben; 2. Wedang ayam (= wedang jarang), kaombe ing wanci enjing , saged nyarasaken pawestri anggarapsari ingkang kirang sae wedaling erah
    3. Manawi kapipis kaemoran cokak jawi, kaombe ing wanci enjing, saged nyarasaken sakit budhugen (budhug basu)? manawi kapopokaken ing belang tilas koreng sasami(ni)pun, lajeng kabuntel ing mori, saged ngicalaken belang kala wau.
    4. Manawi kapipis lajeng kabuntel ing mori, kaserot ing grana, sawarni senggruk saged nyarasaken sakit pileg sarta ngelu ingkang jalaran saking angin.
    (Utami, 2010:60)

    Terjemahan: 
    ‘Bab XXVII Kegunaan Jinten hitam
    Jinten hitam memberi rasa panas, tetapi dengan merasakan dingin sementara waktu
    1. (Jinten) jika dilembutkan dicampur dengan madu, diminum di waktu pagi dapat menghilangkan lendir juga kotoran-kotoran di dalam perut. (Jinten) juga dapat mengeluarkan angin yang kurang baik, (dan) juga dapat menyembuhkan sakit pegal ( pada) punggung atau persendian yang linu
    2. Jika dilembutkan dicampur : 1. Madu; 2. Air panas (dan) diminum di waktu pagi (maka) dapat menyembuhkan (rasa sakit yang dirasakan) wanita (yang sedang) menstruasi, yang kurang lancar keluarnya darah.
    3. Jika dilembutkan dicampur air cuka Jawa (dan) diminum di waktu pagi, bisa menyembuhkan sakit lepra ? jika didipopokkan  di belang bekas luka  dan semacamnya, lalu di dibaut dengan kain mori, (maka) bisa menghilangkan belang tadi.
    4. Jika dibungkus dengan kain mori, (dan) dihirup seperti tembakau (maka) dapat menyembuhkan  sakit pilek serta pusing yang disebabkan karena angin.

    Dari uraian di atas terlihat begiu banyak fungsi jinten hitam yang semula hanya dikenal sebagai bumbu. Pada kenyataannya sesuai karakternya yang memberikan kehangatanpada tubuh maka jinten hitam dapat digunakan sebagai alternatif obat peluntur lendir, penghilang rasa pegal, pelancar menstruasi,  penghangat ketika flu bahkan penghilang bekas luka.

    4.2 Pala
    Teks SPJJ  menyebutkan kegunaan pala dengan melihat karakter pala itu sendiri yaitu bersifat hangat. Diuraikan dalam teks:
    Bab IX Ginaniun Pala
    Pala punika angsaripun anget, manawi katedha saged ngiyataken jantung, saged mewahi mani, tuwin saged nyarasaken sakit tosan sarta mripat. 
    Terjemahan:
    ‘Bab XXIX Kegunaan Pala
    Pala itu memberi rasa panas, jika dimakan bisa menguatkan jantung, memperkuat mani, juga bisa menyembuhkan sakit tulang dan (sakit) mata.’

    Dengan demikian terlihat karakter pala yang memang dikenal  hangat dan sering kita jumpai dalam bentuk manisan ini ternyata membawa banyak manfaat. Dengan kehangatan yang dimiliki, pala bisa menguatkan jantung, bahkan mengobati sakit tulang.
    4.3 Brambang
    Brambang atau dikenal dengan nama bawang merah adalah salah satu bumbu dapur yang setiap hari dipakai di dalam kehidupan kita. Pada teks SPJJ disebutkan salah satu kegunaan bawang merah yaitu ternyata dapat dipakai sebagai obat. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
    Bab XXXVI Ginanipun Brambang
    Brambang punika angsaripun anget sarta garing
    1. Manawi katedha saged ngiyataken saresmi, tuwin ambingaraken cahya ingkang pucet
    2. brambang kapipis kacampuran maben kausap-usapaken ing belang tilas sakit, saged ngicalaken belang kala wau
    3. brambang kagodhog kaliyan toya lepen kaombe , saged nyarasaken sakit padharan
    4. brambang kadheplok kaliyan toya tawa sakedhik, kausap-usapaken ing sirah ingkang asring bodhol rambutipun , rambut wau saged kiyat sarta mindhak ketelipun
    5. brambang kapipis, toyanipun kapupuhaken ing mripat lamur utawi cadhok,enggal saras.
    (Utami, 2010:64)

    Terjemahan:
    ‘Bab XXXVI Kegunaan Bawang Merah
    Bawang merah memberi rasa hangat juga (bersifat) kering
    1. Jika (bawang merah) dimakan, bisa menguatkan persenggamaan, juga memberikan cahaya  (bagi orang) yang pucat.
    2. Bawang merah (jika) dihaluskan, dicampur (dengan) madu, (kemudian) diusapkan di tempat  belang bekas luka, maka akan menghilangkan belang itu.
    3. Bawang merah direbus dengan air sungai, (kemudian) diminum , bisa menyembuhkan sakit perut
    4. Bawang merah ditumbuk dengan (dicampur) sedikit air tawar, diusap-usapkan di kepala yang sering rontok rambutnya,  (maka) rambut akan lebih kuat (dan) semakin tebal.
    5. Bawang merah dihaluskan (kemudian) airnya diteteskan di mata yang kabur (pandangannya) atau cadhok (maka ) akan segera sembuh.’

    Dengan demikian terlihat beberapa fungsi bawang merah yang kenyataannya sangat berguna sebagai obat berbagai macam penyakit, yaitu sakit perut, sakit mata bahkan rambut rontok  maupun sebagai ramuan penguat.

    4.4 Asem ‘Asam’
    Demikian halnya dengan asam yang sudah tidak asing lagi kita pahami sebagai ramuan jamu kunir asem atau juga sebagai bumbu dapur yang sering dipakai untuk memberikan rasa asam pada sayur. Beberapa fungsi asam juga dapat dilihat dari teks SPJJ sebagai berikut.
    Bab XXXVIII Ginanipun Asem
    Asem punika angsaranipun asrep sarta garing
    1. Manawi katedha tiyang ingkang sakit benter , tumunten saged asrep
    2. Asem kaekum tigang dinten kaemoran gendhis pasir, kaombe saged nyarasaken sakit mengi, tuwin ngicalaken raos enek kedah luntak
                 (Utami, 2010: 65)
    Terjemahan:
    Bab XXXVIII Kegunaan Asam
    Asam itu memberi rasa dingin serta (bersifat ) kering
    1. Jika dimakan (oleh) orang yang sakit panas, maka akan bisa dingn
    2. Asam direndam (selama) tiga hari, diampur (dengan) gula pasir, diminum, bisa menyembuhkan sakit sesak nafas, juga (bisa)  menghilangkan rasa mual (yang) menjadikan ingin muntah.
    Meskipun sederhana ternyata buah asam yang selalu ada di dapur    mempunyai fungsi sebagai obat mual dan penurun panas. Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan karakter buah asam yang memberi rasa dingin, sehingga mual rasa mual yang ada dapat teredam. Juga demam yang akan berangsur pulih karena karakter asam yang dingin.

    4.5 Jeruk pecel
    Jeruk pecel atau sering juga dikenal dengan jeruk nipis selain untuk minuman ternyata juga mempunyai fungsi pengobatan. Buah yang mempunyai kulit yang tidak terlalu halus ini jika  dibelah maka  akan terlihat isi yang selalu segar, meski sudah disimpan lama. Namun demikian diuraikan oleh teks SPJJ bahwa jeruk nipis ini mempunyai karakter dan fngsi sebagai berikut.
    Bab XL Ginanipun Jeram Pecel
    Jeram pecel punika gangsaranipun asrep sarta garing
    1. Toya jeram pecel kaliyan gendhis pasir, kaombe ing wanci enjing, tangi tilem saged nawaraken sadaya wisa ingkang wonten salebeting padharan
    2. Toya jeram pecel tanpa kaemoran punapa-punapa, kaombe tiyang sakit kasrepen saged saras.
    (Utami, 2010: 66)
            
    ‘Bab XL Kegunaan Jeruk Nipis
    Jeruk nipis memberi rasa dingin serta (bersifat) kering
    1. Air jeruk nipis (dicampur) dengan gula pasir, diminum di waktu pagi hari (ketika) bangun tidur bisa menawarkan semua racun yang ada di dalam perut.
    2. Air jeruk nipis tanpa dicampuri apapun, diminum (oleh) orang (yang ) kedinginan bisa sembuh.’
    Dengan demikian terlihat karakter jeruk nipis yang mempunyai kekuatan pemberi rasa dingin akan dapat menghalangi racun-racun yang ada di perut untuk berkembang. Juga jika dilihat dari uraian di atas tanpa dicampuri apapun sudah bisa mempunyai fungsi sebagai penghangat badan.

    5. Penutup
    Uraian-uraian di atas jelas menunjukkan sebuah dokumentasi mengenai obat-obatan yang dapat diperoleh dari alam. Alam ternyata telah menyediakan banyak hal untuk manusia yang sangat berguna.
    SPJJ telah merangkum dengan lengkap masalah pengobatan tradisional atau pengobatan yang banyak menggunakan bahan dari alam ini dengan membaginya menjadi 3 hal yaitu : aneka macam obat-obatan berdasar jenis penyakit, aneka macam teknis pengobatannya dan yang terakhir aneka macam fungsi dari bumbu dapur atau tanaman yang ada di sekitar kita. Masing-masing hal diuraikan dengan sangat detail, bahkan masalah teknis pengobatan juga menjadi bagian tersendiri dalam teks SPJJ,meskipun dalam bab sebelumnya mengenai maam-macam obat juga sudah disebutkan mengenai cara pengobatannya.  Tanaman ataupun bumbu-bumbu yang dapat digunakan sebagai obat itupun dilengkapi dengan karakternya, sehingga akan dapat diketahui kekuatan dari bumbu-bumbu tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan kelengkapan SPJJ sangat terlihat karena kenyatannya ketiga hal tersebut saling mendukung, dengan mengetahui karakter tanaman tersebut, maka kita mengetahui alasan tanaman tersebut menjadi obat.
    Hal pencantuman karakter dan fungsi bumbon inilah yang tampaknya menjadi keunggulan dari teks SPJJ. Selain itu data yang sedemikian detail mengenai berbagai penyakit, penyebab, pengobatan dan karakter jamu, menjadikann alasan utama untuk mengkatagorikannya sebagi teks primbon. Pertimbangan tersebut melihat bahwa primbon adalah salah satu “buku” pedoman pertimbangan dalam budaya Jawa untuk melakukan sesuatu dan dalam hal ini SPJJ menjadi  pedoman untuk pengobatan alternatif bagi keluarga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Poerwadarminta, WJS., 1939 .Baoesastra Djawa. JB Wolters Uitgevers Maatschappij nv Goningen Batavia
    Pudjiastuti, Titik.  2010. “Naskah dan Identitas Budaya “ dalam naskah Pidato Upacara penukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
    Tim Penyusun , 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ed.3. Balai Pustaka: Jakarta
    Utami, Putri. Rr., 2010, “Serat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya Taman Siswa (Suntingan Teks dan Terjemahan), Skripsi S1 Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya UGM

    Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

    Jumlah pengunjung: NaN