Manusia jawa

Manusia jawa

Manusia jawa

Buku ini berisi tentang gambaran manusia Jawa yang ditulis oleh orang Jawa pula. Buku ini bukan hanya membahas tentang tradisi yang dimiliki manusia Jawa, melainkan juga tentang cara penggunaan bahasa yang berbeda dalam tata cara berbahasa dengan orang yang berpangkat lebih tinggi dan orang yang berpangkat lebih rendah. Bahasa kromo biasa digunakan ketika berbicara dengan orang yang berpangkat lebih tinggi, sedangkan ngoko biasa digunakan ketika berbicara dengan orang yang berpangkat lebih rendah. Manusia Jawa terikat kuat oleh tradisi dan tata pergaulan yang bersifat feodalistik, sehingga tidak terlalu bebas dalam pola bermasyarakat. Secara mental, mereka terbebani dengan tata krama dan unggah ungguh yang akhirnya membuat mereka sungkan untuk berkata tidak. Sedangkan dalam hal pekerjaan, manusia Jawa sulit untuk mengatakan tidak ketika diberi perintah oleh atasan. Berhubungan dengan agama, manusia Jawa cenderung tidak begitu taat, sehingga muncul istilah islam abangan, kristen abangan, dan katolik abangan. Abangan memiliki arti tidak paham dengan agama yang dianut dengan kata lain, hanya tahu kulit luarnya saja. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Jawa memiliki sifat abangan. Manusia Jawa memiliki sikap fatalistik, dimana sikap fatalistik ini sangat merata pada masyarakat Jawa. Fatalistik berarti sikap yang selalu menyerahkan hidup kepada Tuhan, hal inilah yang membuat masyarakat umum memiliki kesan bahwa manusia Jawa itu pemalas. Padahal sebenarnya jika dilihat dengan teliti tentu tidaklah seperti itu. Manusia Jawa pun selalu terkait dengan wayang, dimana wayang merupakan identitas utama manusia Jawa. Dalam melakukan suatu perbuatan, mereka cenderung mencontoh pada tokoh wayang. Selain itu, manusia Jawa memiliki sifat rumangsan yang berarti perasa, bahwa setiap tindak tanduknya merasa selalu diawasi, takut melanggar sopan santun, serta etika malu. Manusia Jawa pun takut dalam setiap perbuatan baik ataupun buruk mereka akan menjadi pocapan (buah pembicaraan orang). Selain sifat-sifat tersebut, masih banyak penjelasan mengenai apa dan bagaimana manusia Jawa hidup dalam bermasyarakat.

-Umi Hasanah-