Puluhan Koleksi Langka Perpusnas Hadir di Indonesia Bergerak: 1900-1942

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta - Perpustakaan Nasional RI memamerkan koleksi langkanya dalam Pameran Foto dan Grafis Sejarah “Indonesia Bergerak: 1900-1942”. Pameran foto dan tur virtual yang diselenggarakan oleh Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) ini merupakan hasil kerja sama dengan Perpusnas, Arsip Nasional RI, dan KITLV-Jakarta.

Pameran ini menampilkan 75 dokumen visual baik foto, lukisan, sketsa, serta arsip surat kabar periode 1900-1942 dalam rangka mengajak masyarakat melihat rekam jejak intelektual semasa pergerakan nasional. Pameran yang digelar dalam rangka HUT ke-75 RI ini dibuka oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pada 7 September 2020. Pameran berlangsung hingga 7 Oktober 2020 dan dapat dinikmati secara daring melalui situs antarafoto.com dan antaranews.com.

Dalam sambutannya, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyambut gembira dan mendukung penuh penyelenggaraan pameran foto dan grafis yang diselenggarakan Antara. “Tahun lalu kita sudah fasilitasi Antara di Perpusnas, pameran foto hubungan Indonesia dan Jepang. Tahun ini, dalam pameran ini, Perpusnas membantu LKBN Antara menyediakan koleksi,” jelas nya dalam Pembukaan Pameran Foto dan Grafis Sejarah “Indonesia Bergerak: 1900-1942” yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, pada Senin (7/9/2020).

Pada pameran kali ini, Perpusnas menyediakan 40 koleksi masa 1900-1942 yakni 32 foto tokoh Pergerakan Indonesia, tiga majalah langka yaitu Sinpo, Asi-Hai, Aliran Baroe, tiga surat kabar mingguan langka yaitu Pandji Poestaka, Soenda Berita, Soenting Melajoe, dan dua surat kabar harian langka yaitu Medan Moeslimin dan Islam Bergerak.

Perpusnas memiliki beragam koleksi langka pada masa lampau yang merupakan sumber informasi dan penelitian berupa buku langka sebanyak 216 ribu eksemplar dengan koleksi tertua tahun 1694, majalah langka sebanyak 352.127 eksemplar dengan koleksi tertua tahun 1648, surat kabar langka sebanyak 142.717 eksemplar dengan koleksi tertua tahun 1811, serta koleksi foto sebanyak 36.796 buah dari tahun 1945-1980.

Kurator Pameran "Indonesia Bergerak" Ismar Patrizki mengatakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Belanda menjadi titik awal lahirnya putra-putri bangsa yang terdidik dan memilki cita-cita untuk menjadi bangsa merdeka. "Periode 1900-1942 para pemuda bangsa tengah ditempa untuk menjadi lokomotif yang mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan dan kedaulatan. Semangat nasionalisme mereka mengalahkan ego SARA," kata Ismar.

Lewat tulisan, organisasi dan diplomasi, para intelektual ini menyampaikan kritik dan gagasan tentang pentingnya menjadi bangsa yang merdeka.  Jejak-jejak itu dapat dilihat dari surat-surat yang ditulis oleh Raden Ajeng Kartini (1879-1904), surat kabar bumiputera pertama yang didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo (1880-1918), berdirinya organisasi modern Boedi Oetomo (1908), berdirinya organisasi massa pertama Sarekat Islam (1911), hingga Pleidoi Indonesia Menggugat (1930) oleh empat sekawan, Soekarno Gatot Mangkoepradja, Maskoen, Soepriadinata.

Pameran diawali dengan menampilkan tokoh Raden Ajeng Kartini, yang merupakan pelopor kebangkitan nasional serta diakhiri dengan masuknya Jepang pada 1942. Sejarawan Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso menyatakan generasi setelah Kartini memiliki cita-cita yang lebih luas. Mereka tidak hanya ingin mendapat posisi strategis dalam tatanan masyarakat kolonial, tetapi berkeinginan mewujudkan masyarakat yang merdeka dan terbebas dari belenggu dari kolonialisme. Perjuangan para cendikiawan ini tidak hanya berpusat di Jawa dan Sumatera saja, tapi juga di tanah pengasingan, seperti di Boven Digoel, Ende, Banda Neira, dan Bengkulu.

Reporter: Hanna Meinita

Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN