Peluncuran Situs Web Tokoh Perfilman Nasional ; Mengenal Imam Tantowi dan Rima Melati Lebih Dekat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta—Sosok Imam Tantowi mungkin kurang familiar dikenal di kalangan sineas. Namun, siapa sangka jika kesuksesan sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series mampu mencapai 2.185 episode penayangan adalah salah satu karya Master Piece tangan dingin pria yang mengawali karir sebagai pembuat poster pada tahun 1960-an.

Lahir di Tegal tahun 1946, Imam Tantowi melanjutkan karirnya sebagai dekorator pada film “Biarkan Musim Berganti” (1971). Lalu pada 1973, Imam Tanowi dipercaya menjadi penata artistik pada film “Si Rano”. Karir Imam Tantowi sebagai asisten sutradara diawali pada film berjudul “Tukang Kawin” di tahun 1977. Bakat menulis skenario Imam Tantowi dimulai pada film “Dang Ding Dong” pada 1978, dan film “Sejak Berani Mati” pada 1982. Totalitas Imam Tantowi dalam dunia sineas akhirnya membuahkan hasil. Dia terpilih sebagai penulis cerita terbaik pada gelaran FFI di tahun 1989 atas film “Si Badung”, dan meraih predikat sutradara terbaik FFI 1991 pada film “Soerabaia ‘45”.

Kiprah Imam Tantowi di dunia sinetron berawal dari “Madu, Racun dan Anak Singkong” (1994). Setahun kemudian, ia dianugerahi penulis cerita terbaik dalam “Jejak Sang Guru” pada FSI 1995. Dan pada FSI 1996 meraih dua piala sekaligus, sebagai penulis cerita dan penyusun skenario terbaik pada “Suami-suami Takut Istri”. Di tahun yang sama (1996), Imam Tantowi berduet dengan Chaerul Umam mencoba menyutradarai film kolosal, Fatahillah, yang akhirnya juga disinetronkan. Film kolosal “Saur Sepuh” dan “Kaca Benggala” juga merupakan buah karya tangan dinginnya yang cukup booming.

Lain halnya dengan Rima Melati. Aktris senior yang masih terlihat awet muda di usianya yang menginjak 77 tahun. Karir Rima Melati mengawali karir di layar lebar pada film “Kasih Tak Sampai” di tahun 1961. Namun, belasan tahun kemudian, eksistensi Rima di dunia akting baru dikenang kala ia menyabet Best Actress pilihan wartawan Jakarta atas filmnya “Noda Tak Berampun” (1970-1971) dan Piala Citra lewat “Intan Berduri” dalam FFI pertama di tahun 1973. Rentang karir hingga 1989, Rima banyak membintangi film-film layar lebar. Di tahun 1990, Rima memutuskan berhenti sementara dari dunia akting akibat kanker payudara. Dan di 1996, Rima kembali ke layar lebar mengambil peran pada film “Sesal”, dan “Api Cinta Antonio Blanco” (1997).

Ketua Sinematek Indonesia Adi Surya Abdi mengatakan pembuatan situs web tokoh perfilman Indonesia adalah hasil kerjasama antara Sinematek dan Perpustakaan Nasional yang telah berlangsung sejak 1997. “Kita sepakat bahwa film adalah buah karya anak bangsa yang harus dilestarikan agar bisa diketahui oleh generasi selanjutnya,” ujarnya saat menghadiri peluncuran situs web tokoh perfilman dalam rangka Perpusnas EXPO 2017 memperingati HUT Perpusnas ke-37, di Jakarta, Selasa, (15/5).

Sementara itu, di kesempatan yang sama Kepala Perpusnas, Muh. Syarif Bando mengajak kerjasama lebih jauh dengan Sinematek untuk memproduksi film yang mencerdaskan anak bangsa. “Perpustakaan bukan sekedar penjaga maupun pelestari peradaban, tapi harus menjadi pencipta peradaban,” ujar Kepala Perpusnas.

 

Reportase : Hartoyo Darmawan

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN